Selasa, 30 Desember 2008

Perjalanan Rawabening 1

Akhir tahun 2008 ini lumayan banyak liburan, pikir-pikir kenapa nggak tekuni hobi lama liat-liat batu cincin di pasar Rawabening Jatinegara. Kantong lagi tipis juga sih, ya udah siapin 300 ribu aja. Moga-moga nggak abis.

Naik metromini seharga 2500 rupiah, turun pas didepan pasar rawabening, panas juga nich. Udah sekitar jam 11 siang.

Bangunan lama sekarang lagi dibongkar, mau digantikan dengan gedung yang lebih bagus. Katanya sih bakal Pindah sekitar akhir 2009. Mudah-mudahan kalau pindah nggak jadi lebih mahal harga batu mulianya.

Masuk kedalam melewati tempat parkir, ada mushola kecil, terus lanjut.

Lihat kiri lihat kanan… wah buat yang hobi lihat keindahan batu mulia pasti langsung sumringah. Lihat kiri ada banyak meja-meja yang berjejer menawarkan batu cincin. Harus hati-hati, batu cincin ada yang dari alam ataupun dari proses. Kalau sering-sering liat batu mulia mudah-mudahan jadi tau bedanya. Pokoknya pertama lihat cara penjual menjual barang dagangannya, lihat batunya. Jika batunya perpect banget (potongan maupun warnanya) kudu curiga. Yang pasti feeling aja, kalau nggak sreg ya udah nggak usah.

Jalan lagi lebih ke dalam, ketemu penjual yang menjual batu akik sekitar 20 ribuan. O ya, kalau mau batu yang bagusan biasanya mereka simpan (nggak dipajang), coba tanya aja ada batu yang lain nggak.

Waktu itu sih saya tanya punya kalimaya nggak, pucuk dicinta ulam pun tiba. Kalimayanya dikeluarin juga, bentuknya memanjang warna coklat kemerahan. Tipis banget, kemilaunya bagus juga sih, tapi kaget juga pas denger dia mau lepas berapa. 500 ribu katanya. Ups, kantong aja cuma punya 300 ribu, sebenarnya bisa ditawar sih, tapi batunya juga nggak terlalu menarik. Jadi males nawar.

Lewat ah…, jalan lagi kemeja lain. Liat-liat akik, tanya penjual, ada batu lain nggak. Penjualnya ngeluarin 2 buah batu giok (katanya habis mecahin patung) harganya masing-masing 150 ribu, ada garut 50 ribu. Lihat-lihat kalimaya juga, tapi kecil-kecil amat. Batu garutnya bagus juga nich, coba cek arahin ke teriknya matahari siang bolong. Wah, cakep juga. Didalamnya ada semacam tumbuhan yang terperangkap pada waktu proses alam pembekuannya. Hmm… menarik juga. Boleh dech. “Pak, 40 ya”. “Wah, jangan dech. Ini harga pelanggan”. “45 dech ama kalimaya yang kecil ini ya (bentuk kalimayanya masih berantakan dan kecil banget)”. “Boleh deh pak”. Alhamdulillah dapet batu garut. Kalau kalimaya cuma pengen lihat yang namanya kalimaya itu seperti ini toh.

Jalan lagi.. lihat-lihat lebih dalam, ada yang jual kalimaya susu ratusan ribu juga. Wah ntar dulu dech. Masuk kedalam, ada batu yang menarik. Penjualnya sih bilang biduri bulan, kemilaunya warna biru. Kalau saya pikir sih mungkin biduri laut, bukan biduri bulan. Waktu itu beli biduri bulan di Bandara Palembang kemilaunya berwarna putih, sewarna dengan batunya. Whatever lah, yang penting batu itu sudah menyita perhatian. Tanya harga, ternyata 150 ribu rupiah. Hmm... liat-liat dulu, ada kalimaya. “Mas, yang ini berapa ?”. “Wah pak, kalau yang itu sintetis”. Tanyain lagi “kalau yang alam ?”. “sebentar pak”. Penjualnya pergi, balik kembali sudah dengan 2 buah cincin dengan batu kalimaya coklat. Ada satu yang menarik, hmm berapa ya.. Harga awal 450 ribu, kalau tanpa ikatan 250 ribu. Nego nego akhirnya jadi 120 ribu. Lumayan…

Mau cari batu yang mentah, ketemu kecubung, satunya 10 ribu rupiah. Beli 2, bawa ke tukang asah batu, bayar 30 ribu untuk 2 batu.

Keliling lagi, dapat batu mentah blue safir, kecubung kayu, dan akik pandan. Masing-masing 5 ribu rupiah. Bawa lagi ke tukang asah batu. Tukang asah batu memberikan rekomendasi kalau king safirnya banyak retakan, mendingan tukar aja. Kembali ke penjual, ada yang lain nggak ? kalimaya ?. Akhirnya keluar sebuah kalimaya mexico berwarna coklat merah. Untuk melihat kemilaunya memang harus lebih teliti sih (nggak terlalu kelihatan sternya). Tawar-tawar, akhirnya dapat dengan harga 45 ribu rupiah. Tapi kalimaya tersebut masih perlu dirapiin lagi.

Bawa ke tukang asah lagi.. upahnya 25 ribu.

Ups.. kantong kebobolan. Uang 300 ribu tinggal sisa 20 ribuan kurang. Ya sudahlah. Untung ATM jauh. Uang habis. Saatnya pulang.

Perjalanan kali ini boleh dibilang berhasil dengan sukses, namun ada yang ketinggalan.. ya batu biduri lautnya. Next time ya…